Loverman Chapter III

Bookmark and Share
Sebuah pukulan telak tepat bersarang diwajahku. Semua orang yang hadir kontan bersorak tak kala tubuh ku terbaring lemah di atas ring tanpa tenaga. Pertandingan yang direncanakan 12 belas ronde akhirnya terhenti di ronde ke 7. Aku kalah KO, itulah kenyataannya. Benar yang dikatakan Tari, doa orang tua sangatlah penting dalam melakukan segala sesuatu. Aku yang begitu angkuh dan sombong harus rela menjadi pecundang dan belajar melupakan mimpi yang terlanjur bersemayam

" Tidak ada yang perlu disesali, aku yakin ini sebuah keberhasilan yang tertunda. Kamu masih memiliki kesempatan untuk bias menjadi tinju yang hebat, " bujuk Tari di ruang ganti. Aku hanya bisa membisu, diam tanpa kata. Kekalahan itu menghadirkan kekecewaan yang baru yang membuat ku kian tersudut. Keinginan membawa pulang gelar juara dan menghadiahkannya untuk ayah sirna sudah. " Sudahlah, aku ingin melihat kembali semangat yang dulu, semangat sang juara yang begitu ku kagumi. Aku janji sampai kapan pun akan ada di sampingmu. Aku yakin suatu saat nanti Indonesia akan melahirkan petinju hebat, juara dunia.

" Aku telah gagal membuktikan kepada ayah, kekalahanku begitu menyakitkan sekali. Setiap pemenang pasti pernah mengalami pahitnya kekalahan. yang kalah pun suatu saat nanti pasti juga akan merasakan indahnya kemenangan. Yakinlah, masih ada kesempatan untuk membuktikan pilihan pada ayah, membuatnya bangga dengan jalan yang telah kamu pilih. " Kembali Tari berusaha membangkitkan semangatku yang nyaris hilang.

Aku malu pada diri sendiri yang begitu lemah menerima kenyataan pahitnya kegagalan. Ternyata Tari lebih dewasa dan bijak menyikapi masalah. " Ingatkan, enam bulan lagi kamu akan mengikuti Seagames ? di sanalah kesempatan terbaik untuk kembali bangkit dan meraih prestasi. " ujar Tari.

Aku menganggukkan kepala, apa yang diutarakannya tidak salah, karena kejuaraan dunia yang kuikuti hanyalah ajang pemanasan sebelum tampil di Seagames, target utama ku. 

Nah sekarang senyum dong. " ujarnya yang ternyata mampu mendamaikan kegalauanku. : Begitu kan macho, masa ada petinju yang tampangnya lesu. " Aku tersenyum dan mulai belajar melupakan kejadian pahit yang baru saja terjadi. Aku janji sesampainya di Jakarta nanti aku akan berlatih sungguh-sungguh  dan memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaan cinta pada sang gadis pujaan. Di lihat dari bola matanya dan caranya menyemangati ku bisa simpulkan kalau Tari juga memiliki perasaan yang sama seperti apa yang kurasa. Aku tak ingin menyia-nyiakan lagi kesempatan itu.

Aku boleh saja kalah diatas ring dengan sederet luka memar di wajah, namun belum tentu kalah di percintaan Karena aku seorang "Loverman ".

*** Setiba di Jakarta Loverman menyatakan rasa cintanya kepada gadis pujaannya, dan gadis pujaannya menerima cinta Loverman karena Tari juga mempunyai perasaan yang sama terhadap Loverman ***

         =================== The end =================

{ 3 komentar... Views All / Send Comment! }

Unknown mengatakan...

salam sahanbat
wah mas navri cerpennya jangan jangan kisah masn sendiri hehehe..langsung yang chapter 3 yang 1 ama dua mana yach lupa hehehe.maaf telat n good luck

Unknown mengatakan...

ehhehe... masa gak nemu mbak chapter 1 ama 2 nya...:( , kalau kisah aku kayak nya gak mbak... ntr di post kisah asli nya...:)

Perpustakaan Antropologi mengatakan...

ending bahagia ya sob, hihihi
lanjutkan karyanya kawan

Posting Komentar

Jangan Lupa Coment dan Kritikannya Demi Kemajuan Blog Ini, "Kami Mohon Jangan SPAM ya" Happy Blogging